Mimbarrepublik.com, Jakarta- Ketua Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Septiaji Eko Nugroho mengatakan sejak awal tahun 2023, Mafindo mendeteksi ada kenaikan jumlah hoaks politik terkait Pemilu 2024.
Hal itu, menurutnya mengindikasikan tema politik akan mendominasi peta hoaks menjelang Pemilu 2024. Adapun beberapa isu yang sudah muncul adalah hoaks untuk menjatuhkan tokoh politik yang diprediksi akan mencalonkan diri dalam pemilu,
Serta hoaks yang menyerang partai dan pendukungnya, kemudian juga telah merebak politik identitas dengan isu SARA juga sudah mulai digunakan pada awal tahapan pemilu.
“Hal ini tidak lepas dari masih tingginya polarisasi di masyarakat serta eskalasi ujaran kebencian yang semakin meningkat,” tutur Septiaji kepada pers, Minggu 21/5/2023.
Pada Triwulan pertama 2022, jumlah hoaks yang Mafindo temukan ada 534. Sedangkan triwulan pertama 2023, Mafindo mencatat ada 664 sehingga menurut Septiani ada kenaikan 24% dalam periode yang sama.
Dominasi hoaks di triwulan pertama ini terkait hoaks politik, dan semakin banyak konten berupa video yang tersebar baik di Youtube, Facebook, maupun Tiktok.
Selain itu, Mafindo juga melihat sudah mulai juga muncul hoaks yang menyerang penyelenggaraan pemilu, seperti isu bocornya data Komisi Pemilihan Umum (KPU) sehingga Pemilu 2024 sudah ditentukan pemenangnya.
Ia menilai pola itu mirip dengan Pemilu 2019 yakni hoaks yang mendelegitimasi Pemilu sudah muncul jauh sebelum pemilu.
“Ini bisa membuat masyarakat turun ke jalan menolak pemilu,” imbuh dia.
Hoaks-hoaks seperti itu, terang Septiaji, perlu diantisipasi. Namun tidak cukup dengan melakukan debunking atau periksa fakta, tetapi ia menilai penting adanya upaya pencegahan dengan melakukan vaksinasi informasi.
Oleh karena itu, kolaborasi antar elemen, penyelenggara pemilu, organisasi masyarakat sipil, media pers, dan tokoh masyarakat menurutnya sangat penting untuk mengurangi dampak kerusakan hoaks pemilu. (*Nur)