Mimbarrepublik.com, Jakarta- RSUP Persahabatan Jakarta akan membuka layanan transplantasi paru-paru pertama di Indonesia. Transplantasi paru atau LTx menandakan sektor kesehatan dalam negeri bisa mengejar kemajuan kesehatan dari negara lain yang sudah memulai LTx seperti di Malaysia, Vietnam, dan Singapura.
LTx merupakan merupakan transplantasi organ yang paling sulit dengan risiko komplikasi paling tinggi dan survival paling rendah dibandingkan organ lain. Namun transplantasi ini sangat penting karena resiliensi pelayanan kesehatan Tanah Air serta meningkatkan kepercayaan masyarakat Indonesia.
“Kegiatan yang menggunakan teknologi tinggi harus bisa dilakukan di Indonesia dengan kemampuan rumah sakit Indonesia yang bisa melakukannya. Transplantasi paru ini akan menjadi sejarah baru apabila bisa dilakukan,” kata ungkap Dirut RSUP Persahabatan Prof dr Agus Dwi Susanto kepada awak media, Senin 27/2/2023.
Menurut Prof dr Agus Dwi Susanto, Rencana pengembangan program transplantasi paru, saat ini sudah ada satu pendonor yang tersedia yang bisa digunakan transplantasi organ, sehingga ketika pendonor meninggal maka organnya bisa diambil. Pendonor merupakan laki-laki berusia 37 tahun dengan golongan darah A transplant dilakukan dengan cadaveric multiorgan transplant atau apabila yang bersangkutan mengalami mati batang otak.
Sebelumnya, lanjut Prof dr Agus, RSUP Persahabatan juga sudah melakukan pelatihan SDM, melakukan uji coba dengan hewan sebanyak 3 kali, melengkapi protokol, peralatan obat-obatan.
“Pada 2022 sempat kita belum memiliki obat untuk membuat jaringan paru tetap terjaga dan obatnya sudah kita dapatkan di 2023 ini. Artinya kita saat ini ready untuk melakukan transplantasi paru,” ucap Prof dr Agus.
Prof dr Agus juga menjelaskan dalam jangka panjang jika rencana program transplantasi sudah paru berjalan maka selanjutnya RSUP Persahabatan akan menyelenggarakan kursus transplantasi paru dan fellowship dan proctorship transplantasi paru untuk rumah sakit lain di Indonesia.
Pasien yang berhak mendapatkan transplantasi paru adalah pasien yang tidak dapat diterapi selain dengan transplantasi paru. Dapat dikerjakan pada anak dan dewasa sebagai contoh indikasi pada penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) terutama yang bergantung dengan oksigen.
“Demand resipien di Indonesia dilihat akan sangat banyak mengingat jumlah PPOK sangat banyak,” ujarnya.
Diakhir penjelasannya, ia menyebutkan sudah mendata dan terhitung ada 12 resipien di Indonesia yang siap ditransplantasi. Namun 2 di antaranya sudah meninggal karena belum ada dono yang belum siap. Pemeriksaan dari fungsi paru, golongan. darah, pemeriksaan lab, dan lainnya sehingga ketika ada 1 pendonor yang siap maka ketika semua cocok maka langsung dilakukan operasi sekitar 9 jam yang dilakukan. Resipien yang masih menunggu pendonor paru berasal dari 1 orang dari Manado, Makassar 2 orang, Jawa Tengah 1 orang, Jakarta ada 3 orang dan daerah lainnya.