Mimbarrepublik.com, Jakarta- Untuk menyambut tahun Baru Imlek diharapkan Indonesia tidak lagi mengalami kemarau berkepanjangan. Hal ini disampaikan Ketua Umum Pengurus Pusat Permabudhi, Prof. Philip Kuncoro Widjaja.
“Untuk menyambut tahun yang baru ini segala sesuatu lancar, tidak kemarau itu harapan khususnya. Zaman dulu banyak yang bertani, sehingga imlek dirayakan seperti yang dirayakan hari ini,” katanya kepada awak media di Jakarta, Sabtu 10/2/2024.
Ia mengatakan, arti dari imlek adalah tahun lunar, kalender yang dihitung menggunakan sistem kalender bulan. Perhitungan dengan menggunakan kalender bulan ini, bukan hanya berlaku di Tiongkok saja.
“Dibanyak negara juga, termasuk zaman dahulu sistem kalender lunar dari timur tengah. Di china, Vietnam, Thailand, Korea, dan sebagainya sama-sama menggunakan kalender lunar yaitu tahun baru imlek,” katanya.
Tahun baru imlek, kata dia, tandanya adalah memasuki musim semi. Hari pertama memasuki musim semi artinya yang dirayakan bukan hanya sekedar tahunnya, tetapi juga kegembiraannya.
“Memasuki tahun yang baru dengan segala harapan, keinginan yang baik,” ucapnya. Ia menjelaskan, tradisi bersih-bersih rumah adalah bagian bagaimana umat membersihkan segala sesuatunya yang tersisa di tahun lalu.
“Mungkin kotor, debu atau nasib-nasib yang kurang bagus, kalau dengan kata tren itu bersihkan yang bisa kita lihat dan yang tidak bisa kita lihat. Termasuk kita mandi, kramas, potong rambut dan sebagainya untuk menyambut tahun baru,” kata dia.
Suasana juga sedemikian dijalani misalnya dengan pasang lampion, tulisan-tulisan di kanan kiri pintu dan sebagainya.
“Ada banyak sekali yang menandakan suatu perayaan kita tinggalkan yang lama dan siap-siap menyambut yang baru,” ujarnya.
“Biasanya pada saat tadi malam berkumpul dengan keluarga makan bersama-sama artinya makan penutup tahun. Dan paginya berkumpul lagi saling mengucapkan selamat, makan yang manis-manis tandanya semoga tahun ini dimulai segala sesuatunya dengan yang manis.”pungkasnya. (*Nur)