Mimbarrepublik.com, Jakarta-Analis politik dari Exposit Strategic Arif Susanto mengatakan Indonesia butuh polarisasi politik. Sayangnya, konotasi polarisasi kadung negatif imbas Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 dan 2019.
“Saya tegaskan polarisasi adalah kebutuhan politik karena tanpa polarisasi, sulit membedakan pasangan calon 1 dengan 2 dengan 3,” kata Arif di kantor PARA Syndicate, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis, 30 November 2023
Arif menilai saat ini belum ada perbedaan signifikan di antara tiga paslon. Sebab, ada kultur politik Indonesia yang cenderung menghindari terjadinya polarisasi.
“Polarisasi dapat nama buruk di konteks Indonesia dalam dua pemilu terakhir,” papar dia.
Arif tidak setuju dengan anggapan polarisasi terjadi karena hanya ada dua paslon. Pandangan itu dinilai serampangan.
“Karena negara-negara lain pasangannya dua, tapi bukan serta merta terjadi polarisasi dan konflik,” jelas dia.
Arif memprediksi kontestasi tanpa polarisasi membuat iklim demokrasi dan pembangunan Indonesia mandek. Padahal, tantangan bangsa akan semakin dinamis.
“Saya khawatir pilihan di 14 Februari 2024 yang membedakan antara ketiga paslon adalah nomor urutnya saja. Sejauh tidak ada kekuatan progresif, saya tidak lihat harapan besar lompatan politik,” ucap dia. (*Wari)