Mimbarrepublik.com, Sikka NTT – Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) telah dinyatakan dalam status Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit rabies. Hal itu karena sejak Januari hingga Mei 2023 dilaporkan ada 518 kasus gigitan anjing. Selanjutnya, dari 17 spesimen otak anjing yang diperiksa terdapat 10 spesimen positif rabies .
Kemudian ada dua anak dilaporkan meninggal dunia akibat rabies. Bupati Sikka Fransiskus Roberto Diogo mengakui kasus rabies di wilayahnya sudah masuk dalam fase luar biasa. Hal itu karena rabies telah memakan korban jiwa.
“Saya bilang Sikka sudah masuk fase luar biasa karena ada manusia meninggal karena rabies. Sikka sudah dalam status KLB penyakit rabies,” papar Bupati Sikka kepada pers, Selasa 14/5/2023 di Sikka NTT.
Terhadap status KLB rabies, dia mengaku, saat ini, pemerintah pusat telah memberikan bantuan vaksin hewan penular rabies (HPR) sebanyak 2.520 dosis. Kemudian, petugas juga sudah turun ke beberapa wilayah untuk melakukan vaksinasi massal terhadap anjing milik warga.
Sementara itu, dilaporkan kasus gigitan anjing di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali terjadi. Kali ini menimpa dua bocah berinisial YNT, 2, warga Dusun Bokang, Desa Lewomada dan AMR, 4, warga Kelurahan Madawat.
Kedua wajah bocah ini digigit anjing hingga keduanya harus dilarikan ke fasilitas kesehatan (faskes), rumah sakit dan puskesmas untuk penanganan secara khusus. Koordinator Laboratorium Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kabupaten Sikka Ronal Makin mengatakan AMR tengah menggendong anjingnya.
Tidak lama kemudian, lanjutnya, anjing yang digendongnya itu langsung menggigit wajah korban sebelah kiri hingga dilarikan dilarikan ke Puskesmas Beru.
“Korban sudah dibawa ke Puskesmas Beru untuk diberi vaksin anti rabies (VAR) khusus manusia. Tapi anjing yang menggigit korban tiba-tiba langsung mati.”ungkapnya.
Ronal mengungkapkan otak anjing yang menggigit korban sudah dikirim ke Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar Bali. Pemeriksaan itu untuk memastikan anjik tersebut terkena rabies atau tidak.
Sedangkan YNT mengalami luka gigitan pada telinga bagian kanan dan kaki bagian kiri. Korban dilarikan ke Puskesmas Watubaing. Kemudian korban dirujuk ke RSUD TC Hillers Maumere untuk mendapatkan perawatan yang intensif.
“Korban sudah dirujuk dari Puskesmas Watubaing ke RSUD Tc. Hillers Maumere untuk mendapatkan perawatan khusus.”tukas Ronal.
Sedangkan menurut Dokter Asep Purnama, bocah dirujuk dari Puskesmas Watubaing karena digigit anjing tetangga, luka yang dialami korban sangat berisiko tinggi tertular rabies, karena gigitan di wajah.
“Anak-anak termasuk yang rentan menjadi korban rabies. Postur tubuh anak-anak memungkinkan anjing melompat dan menggigit wajah korban. Luka di wajah termasuk luka risiko tinggi karena virus rabies akan bergerak cepat menuju ke otak.
Kemudian muncul gejala khas rabies yaitu takut air (hydrophobia) dan takut udara (acrophobia). Manakala gejala khas tersebut sudah muncul, maka saat ini-belum ada obat yg bisa menyembuhkannya,” papar Asep.
Asep juga mengatakan cakupan vaksinasi rabies pada anjing di Kabupaten Sikka masih rendah. Berdasarkan data BBVet beberapa anjing di Kabupaten Sikka tertular virus rabies.
Bahkan sudah terjadi korban jiwa, seorang anak berusia 4 tahun digigit oleh anjingnya sendiri, dalam situasi seperti saat ini, setiap anjing yang ada, patut dicurigai tertular rabies. Oleh karena itu, sebisa mungkin hindari kontak dengan anjing yang tidak jelas status vaksinasi dan kepemilikannya.
“Jika kita memiliki anjing, mohon berkenan mengikat terlebih dahulu dan segera divaksin. memang belum ada obatnya dan mematikan. Tapi, kematian akibat rabies bisa dicegah dengan melakukan tatalaksana pasca gigitan HPR ,” pungkasnya. (*Red)