Mimbarrepublik.com, Jakarta- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memandang politik identitas tidak lagi ramai dan tidak laku sebagai perbincangan publik yang berisik dalam pemilihan umum tahun ini atau Pemilu 2024.
“Tahun 2024 ini sepertinya politik identitas sedang tidur,” kata Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora BRIN Ahmad Najib Burhani dalam acara “Political Outlook 2024” di Jakarta, Selasa, 16/1/2024
Pada Pemilu 2014 dan Pemilu 2019, kata Ahmad, politik identitas yang identik dengan istilah cebong, kampret, buzzeRp, kadrun, dan sebagainya ramai di berbagai media sosial maupun kehidupan nyata masyarakat.
Namun, pada Pemilu 2024, politik identitas tersebut tidak banyak ditemukan dalam pertarungan atau perdebatan antara calon presiden dan calon wakil presiden.
Menurut Ahmad, kondisi yang cenderung tenang dalam Pemilu 2024 bukan berarti politik identitas itu mati.
“Bisa saja itu nanti mungkin dipakai lagi atau bangkit lagi ketika ada isu atau ada kasus tertentu,” ujarnya.
Lebih lanjut dia mengungkapkan bahwa politik identitas merupakan bagian dari social cleave atau sebagai social foodlines, seperti etnis, agama, wilayah, dan sebagainya yang bisa membuat retak masyarakat.
Meski demikian, imbuh Ahmad, politik identitas adalah sesuatu yang berpotensi menjadi kekayaan, kekuatan, dan kelebihan sebuah negara dengan keragaman yang ada dan dimiliki terkait dengan agama maupun etnisitas. (*Nur)