Mimbarrepublik.com, Jakarta– Hari Raya Idul Fitri dimaknai sebagai hari pengembalian ke fitrah manusia, fitrah yang suci, tanpa dosa, bersih, penuh cinta dan kasih sayang.
Hal tersebut selaras dengan konsep asal muasal manusia yang ketika masih bayi adalah suci bersih tanpa noda; kemudian setelah menapakkan kaki ke dunia nyata, bayi yang suci tersebut seiring waktu akan bergelimang dengan dosa dan kesalahan, demikian disampaikan Suryo Susilo Ketua Forum Silahturahmi Anak Bangsa (FSAB) kepada awak media, Jum’at, 21/4/2023 di Jakarta.
“Maka, di Hari Raya Idul Fitri ini sudah sepantasnya, dengan segenap hati kita dapat saling memaafkan; Sekaligus memohon ampunan kepada Allah SWT, atas segala khilaf dan dosa yang telah memberikan warna kelam dalam hidup kita,” ucap Suryo Susilo.
Menurut Suryo, bahwa fitrah manusia yang suci dan memiliki potensi untuk menebar kebaikan selaras dengan ajaran Nya, agar manusia dapat senantiasa berbuat kebaikan dan mewujudkan kehidupan yang menjamin ketentraman dan keselamatan bagi seluruh penduduk bumi ini. Maka, sudah menjadi tugas manusia untuk saling memaafkan dan berbuat baik kepada sesama demi terciptanya kehidupan yang penuh dengan kedamaian.
“Moment hari Raya Idul Fitri diharapkan mampu menjadi titik persatuan atas segala perbedaan, termasuk perbedaan pendapat, dan perbedaan pilihan politik di Pemilu serentak tahun 2024 mendatang,” tukas Suryo.
Makna memaafkan, lanjut Suryo, yang disadari dengan benar akan mengantarkan manusia pada langkah perdamaian yang mampu menyatukan perbedaan.
Di hari nan Fitri, sebaiknya dapat menjadi refleksi dan saling mengevaluasi diri, agar mampu menemukan titik terang dalam menghadapi segala bentuk permasalahan, konflik, tantangan, hambatan dan sebagainya di masa kini maupun di masa mendatang, terutama dalam perhelatan Pemilu serentak tahun 2024 mendatang,
Adapun makna memaafkan tersebut, sudah diterapkan dan menjadi tradisi di keluarga besar Forum Silahturahmi Anak Bangsa (FSAB), yang beranggotakan anak cucu dari mereka yang pernah berkonflik di masa lalu, kemudian bertemu dan saling memaafkan konflik yang terjadi di masa lalu, yang melibatkan bapak atau kakek mereka.
“Untuk membentuk sikap dapat saling memaafkan dan kemudian menjalin menjadi semangat persaudaraan yang kuat sebagai sesama anak bangsa, memang bukan hal yang mudah, upaya tersebut membutuhkan proses melalui pendekatan persuasif, psikologis, historis dan bahkan pendekatan religius, serta tentunya pendekatan ideologis Pancasila, yang merupakan konsensus nasional dan mendasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” tukas Suryo.
Selain itu, ia juga mengungkapkan bahwa terkait dengan makna Idul Fitri yang mengandung prinsip lengkap menembus semua dimensi yang mengatur seluruh khazanah fundamental dan aktivitas manusia; maka, hal tersebut membawa pesan: yang pertama; kesatuan wujud, yaitu semua makhluk termasuk manusia kendati berbeda-beda, diciptakan oleh Allah SWT.
Kedua, kesatuan kemanusiaan, di mana manusia berasal dari tanah dan dari adam, sehingga seluruh umat manusia harus saling menghormati, serta mempererat persatuan. Sikap saling menghormati dan upaya mempererat persatuan sangat penting terutama menyongsong tahun 2024 yang merupakan Tahun Politik, yang sangat menentukan arah masa depan bangsa Indonesia.
Karena itulah, lanjut Suryo, apa yang sudah dilakukan dan diterapkan oleh keluarga besar FSAB, diharapkan dapat terus dipertahankan, dan dapat menjadi role model tradisi di tengah kehidupan bangsa dan negara, di momentum Hari Raya Idul Fitri 1444 H ini, menyongsong pelaksanaan Pemilu serentak tahun 2024 mendatang.
Hal senada juga disampaikan Faisal Saleh Sekretaris FSAB, kepada wartawan yang menghubunginya di tempat terpisah, ia mengatakan pada esensi nya menyambut hari kemenangan Idul fitri itu harus mampu menaklukkan hawa nafsu, rasa ego dan rasa mau menang sendiri.
Hari Raya Idul Fitri itu lanjut Faisal Saleh, bukan hanya menampilkan pakaian baru, sarung baru dan baju koko baru, tapi utamanya adalah penampilan baru sebagai manusia, makhluk Tuhan YME, Allah SWT agar dapat lebih baik tingkat keimanan kepada Yang Maha Kuasa, dan berperilaku lebih baik terhadap sesama manusia.
“Mari kita jadikan momentum 1 Syawal 1444 H untuk menyelesaikan masalah yang menghambat terjalinnya keharmonisan hubungan, dan terus menjalin komunikasi yang baik dengan seluruh komponen anak bangsa agar terwujud langkah yang sama dalam melihat negeri yang kita cintai bersama ini, suatu momentum untuk saling menghilangkan rasa ego dalam diri,” tukas Faisal Saleh.
Seiring dengan pernyataan Faisal Saleh tersebut, di akhir perbincangan dengan wartawan, Susilo juga menyampaikan bahwa dirinya sepakat bila Hari Raya Idul Fitri dijadikan momentum untuk membina dan memperkokoh persatuan dan kesatuan menyambut tahun 2024 yang merupakan tahun politik, yang rawan konflik seiring dengan menguatnya politik identitas.
“Selamat Hari Raya Idul Fitri 1444 H kepada seluruh komponen anak bangsa. Mohon Maaf Lahir dan Batin, Mari kita tingkatkan semangat gotong royong dan mendahulukan kepentingan nasional diatas kepentingan golongan dan pribadi, sebagai landasan dalam membangun kebersamaan dan memperkokoh persatuan bangsa,” pungkas Suryo Susilo. (*Red)