Mimbarrepublik.com, Jakarta – SMP Negeri 55 di Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara menjadi salah satu sekolah yang ditunjuk mewakili Jakarta Utara dalam penilaian Adipura 2023. Kepala SMPN 55 Leonora Fitri Agustina Hutabarat mengaku bangga dikunjungi tim gabungan yang terdiri dari Kasudin Lingkungan Hidup Jakarta Utara, Kasudin Dikdas Wilayah 1, Kasi Pendidikan, Camat dan Lurah Tanjung Priok beserta rombongan pada Minggu (15/10).
Kedatangan tim tersebut guna meninjau kesiapan sarana dan prasana di titik-titik lokasi prasarana dan sarana perkotaan yang berlokasi pada ibukota kabupaten/kota, sebagaimana halnya pasar, rumah sakit dan/atau puskesmas, hutan kota dan taman kota.
Leonora dalam pernyataan kepada media mengatakan, “SMPN 55 sangat bangga tahun ini dipilih menjadi salah satu titik Adipura di Jakarta Utara. Hari ini Tim Walikota terdiri dari lurah, camat, Kasudin Dikdas wilayah 1, Kasi Pendidikan, dan juga Kasudin LH datang memantau persiapan dan kebersihan titik Adipura di SMPN 55”.
Lebih lanjut Leonora menyampaikan hasil pemantauan Tim Walikota bahwa persiapan di SMPN 55 dinilai sangat baik karena sudah memiliki fasilitas pengolahan sampah organik, memiliki bank sampah, dan telah mampu mengolah sampah menjadi produk bernilai ekonomis.
“Anak-anak kita libatkan dalam pembuatan kompos dari sampah organik dan pembuatan karya produk terdiri dari pembuatan lilin dan sabun dari minyak jelantah. Hasil produksinya sebagian kami gunakan untuk pupuk di sekolah, kalau lebih kita jual. Kemarin untuk selebrasi kita jual ke orang tua murid”, Leonora menjelaskan.
Catatan tambahan yang disarankan oleh Sudin LH adalah penambahan BFS (Black Soldier Fly) untuk (mengurangi produksi limbah melalui pencegahan, pengurangan, daur ulang, dan penggunaan kembali. Leonora mengakui kurangnya sumber daya fasilitator di sekolah dalam mendampingi proses budidaya BSF.
“Kami di sarankan berkoordinasi dengan lingkungan hidup untuk mengembangbiakan BFS dalam meminimalisir sampah di sekolah. Karena belum punya pengalaman maka kita di sini warga sekolah belum memulai hal itu”, ungkap Leonora.
Salah satu kendala yang dihadapi ketika melibatkan anak-anak sekolah dalam mencintai lingkungan adalah mengintergrasikannya ke dalam kegiatan belajar dan kesabaran sebagai pendidik.
“Namanya anak sekolah, (kita) harus sabar mendidik untuk mencintai lingkungan. Nggak bisa langsung semua. Pasti bertahap. Untuk kelas 7 dan 8 kami sudah integrasikan, tapi kelas 9 karena kurikulumnya beda, tapi kami tetap libatkan dalam Pokja Adiwiyata. Jadi semua terlibat walaupun tidak seratus persen tapi tetap kita upayakan anak-anak didik terlibat”, ujar Leonora.
Menyikapi persiapan beberapa sekolah di Jakarta Utara yang dipilih menjadi titik lokasi penilaian Adipura, Kasudin Dikdas Wilayah 1 Jakarta Utara Rahayu Asih melalui WhatsApp menjelaskan, “Titik kunjung tim Adipura sekolah di wilayah 1 Sudindik Jakarta Utara diantaranya SMPN 55 dan SMPN 34, SMKN 56, SMAN 40, SMAN 80”.
“Masing-masing sekolah semuanya menyiapkan tempat pengelolaan sampah yang sudah di pilah (organik, anorganik dan B3 / sampah berbahaya / beling). Tidak boleh ada bakaran sampah; got dan toilet harus bersih, kerindangan pohon, bunga dan tanaman produktif di beri label nama latin”, jelas Rahayu Asih melalui pesan teks. (*Nwn)