Mimbarrepublik.com, Bogor – Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Republik Indonesia menggelar Forum Koordinasi dan Komunikasi (FKK) yang melibatkan lebih dari 200 siswa lintas agama. Terdiri dari para siswa Muslim, Katolik, Kristen, Budha, Hindu, dan Konghucu.
FKK yang digelar di Cijeruk, Kabupaten Bogor selama tiga hari, Rabu-Jumat (21-23/6/2023) tersebut bertema Literasi Digital dalam Membangun Wawasan Kebangsaan, Kerukunan Umat Beragama, Mencegah Radikalisme sejak Dini, dan Meningkatkan Pemahaman akan Keamanan Siber bagi Siswa SMA dan Sederajat di Seluruh Indonesia.
“Tiga hari ini mudah-mudahan bisa sedikit berkontribusi bagi anak-anak semua untuk bisa lebih memahami lagi pentingnya kerangka kesatuan negara kita,” kata Deputi VII Bidang Komunikasi, Informasi, dan Aparatur Kemenko Polhukam RI Marsda TNI Arif Mustofa melalui Asisten Deputi Koordinasi Informasi Publik dan Media Massa, Novan Ivanhoe Saleh, Jumat 23/6/2023.
Sejumlah materi baik indoor maupun outdoor diberikan kepada para siswa. Mencakup pembelajaran tentang budaya dan etika digital, strategi keamanan siber, dan manfaat dunia siber untuk generasi muda. Kemudian materi terkait pencegahan narkotika, anti-radikalisme, hingga materi toleransi dan kerukunan antarumat beragama yang menghadirkan tokoh lintas agama.
Selain tokoh lintas agama, beberapa sosok lain yang menjadi pemateri antara lain Yosi Mokalu (Yosi Project Pop), Irjen Pol. Drs Richard M Nainggolan dari BNN, Marsma TNI Tjatur Pudji Handojo dari BSSN, Prof. Dr. Irfan Idris, M.A. dari BNPT, pakar keamanan siber Gildas Deograt Lumy, hingga Mayjen TNI Burlian Sjafei selaku Staf Ahli Menko Polhukam.
“Kita harus selalu ingat dengan empat konsensus nasional: Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945,” kata Novan mengungkapkan salah satu pesan untuk para siswa.
Pemuka Agama Konghucu, Aldi Destyan Satya yang juga hadir sebagai pemateri mengapresiasi kegiatan ini. Menurutnya, mempertemukan para siswa yang berbeda agama bisa menjadi upaya strategis memupuk toleransi sejak dini.
“Saya pribadi dari tokoh Konghucu sangat senang bertemu dengan adik-adik, semoga dengan cara ini dapat saling mengenal agama satu dengan yang lainnya. Dengan saling mengenal itu bisa saling menjalin toleransi. Saya menekankan kita harus mengimani agama kita, tapi kita juga harus menghormati agama orang lain,” tutur Aldi.
Dalam hal aktivitas outdoor, para peserta juga dilibatkan dalam berbagai games, olahraga bersama, kuis, hingga membuat konten media sosial.
Hadian Ananta Wardhana, perwakilan pemuka agama Islam menuturkan, kegiatan seperti ini harus lebih sering diselenggarakan. Hal tersebut penting untuk memperbanyak interaksi kalangan lintas agama sejak dini.
“Acara tadi sungguh luar biasa, ini hal yang harus terus dilanjutkan. Saya usulkan untuk ditambahkan waktunya untuk interaksi antar yang berbeda agama tersebut, supaya bisa memaknai bagaimana kita membina kerukunan antar umat beragama,” tutur Hadian. (*Nur)