Mimbarrepublik.com, Jakarta- Pembentukan Koalisi Besar disebut berpotensi gagal terealisasi. Pasalnya, terlalu banyak kepala dan kepentingan sehingga sulit menyatukan visi dan misi bersama.
Sebagaimana diketahui, Koalisi Besar diisi sejumlah partai politik (parpol) besar yang tiap-tiap dari mereka memiliki sosok unggulan untuk diusung sebagai calon presiden. Partai Golkar berkeras memajukan Airlangga Hartarto, Partai Gerindra terus mendorong Prabowo Subianto, dan PDI Perjuangan kini resmi mencalonkan Ganjar Pranowo.
Namun demikian, wacana adanya koalisi besar yang akan meleburkan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), yang terdiri dari Golkar, PAN, dan PPP dengan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) yang berisikan Gerindra dan PKB masih mengemuka, meskipun PDI-Perjuangan telah mencalonkan Ganjar Pranowo.
Menanggapi itu, Direktur Eksekutif Algoritma Aditya Perdana menyebut kunci dari terbentuknya koalisi besar tersebut saat ini ada di tangan Prabowo Subianto. Pasalnya, Prabowo digadang-gadang menjadi nomor dua untuk calon presiden dari PDIP Ganjar Pranowo.
“Makanya situasinya saat ini adalah faktor berikutnya ada di Prabowo. Prabowo ini akan masuk jadi barisan dengan PDIP, karena ada spekulasi, apakah bersedia jadi nomor duanya Pak Ganjar?” ungkap Adit kepada awakmedia, Minggu 23/4/2023.
Memang, lanjut Adit, secara eksplisit Prabowo menolak karena dirinya juga dicalonkan jadi capres melalui Gerindra, tapi dirinya mengaku tidak tahu terjadinya dinamika seperti apa. Kalau pun itu Prabowo jadi calon presiden, parpol lain, seperti PAN, PKB, Golkar dan lainnya berada dalam kubu yang sama dengan Prabowo,
“Dugaan saya, mau dari PDIP maupun koalisi kebangsaan, di situ ada orang-orang Jokowi. Jadi Jokowi all president man di dua koalisi itu. Awalnya memang penentunya ada pada Jokowi, namun demikian patut diperhitungkan juga saat ini bola penentu pembentukan Koalisi Besar ada di Prabowo,” tandasnya. (*red)