Mimbarrepublik.com, Jakarta- Gerakan Earth Hour yang dilakukan tiap 25 Maret jam 20.30 berawal dari sebuah ide yang digagas oleh Co-Founder Earth Hour, Andy Ridley, sehingga terbentuklah kerjasama antara WWF-Australia, Leo Burnett dan Fairfax Media untuk mengatasi isu perubahan iklim. Pada tahun 2007, masih ada tingkat skeptisisme dan penolakan terhadap isu perubahan iklim.
Earth Hour merupakan Gerakan untuk menggalang setiap individu untuk menyadari adanya suatu realitas perubahan iklim, yang kemudian memulai dialog tentang apa yang dapat dilakukan sebagai individu untuk membantu mengatasi tantangan lingkungan terbesar di planet ini, demikian disampaikan Suryo Susilo Ketua Biru Voice kepada awak media, Sabtu, 25 Maret 2023 di Jakarta.
“Seiring berjalannya waktu, Earth Hour telah menjadi pokok penting dari kesadaran dan kesadaran lingkungan. Mengurangi jejak karbon, baik dalam kehidupan pribadi maupun di tempat kerja, sangat penting untuk menciptakan dunia yang kuat dan aman bagi lingkungan.”ungkap Suryo Susilo
Menurut Suryo, dengan menjadi sadar lingkungan melalui Earth Hour, sangat diharapkan banyak perusahaan maupun individu dapat membuat perubahan pada gaya hidup mereka untuk mendukung kebutuhan akan perubahan.
Karena melalui perilaku membuang banyak bahan bakar, listrik, dan menghasilkan banyak sampah, pesan untuk dunia yang lebih bersih tidak didengarkan. Dengan adanya gerakan Earth Hour sebagai bukti kepedulian kepada bumi, dalam melawan dan mencegah dampak perubahan iklim, serta tentunya menyayangi bumi dengan tindakan kecil yang dapat berdampak besar bagi kehidupan manusia.
Lebih lanjut Suryo menjelaskan bahwa aksi ini dilaksanakan pada hari Sabtu terakhir di bulan Maret setiap tahunnya. Masyarakat diajak untuk mematikan lampu dan juga peralatan elektronik yang tidak digunakan selama 60 menit, mulai dari pukul 20.30 – 21.30 waktu setempat.
Terkait dengan hal tersebut, dari data yang diambil dari situs WWF Indonesia, setiap 10% warga Jakarta yang mematikan lampu ketika Earth Hour energinya dapat dimanfaatkan memenuhi kebutuhan listrik bagi 900 desa. Selain itu, energi yang dihemat dapat menyumbang oksigen untuk 524 orang. Dalam waktu satu jam saja, hal tersebut juga dapat mengurangi 267 ton emisi karbon dioksida.
“Bisa dibayangkan sebesar apa energi yang dapat dihemat jika Earth Hour dilakukan oleh seluruh masyarakat dunia? memang, hanya mematikan lampu dalam waktu satu jam tidak bisa mengubah iklim bumi kita secara signifikan. Akan tetapi, mematikan lampu satu jam telah turut berpartisipasi untuk perubahan bumi yang lebih baik.”tukas Suryo Susilo.
Mengakhiri perbincangan dengan awak media, Suryo mengajak seluruh masyarakat agar turut serta mendukung dan melaksanakan aksi Earth Hour yang untuk tahun 2023 ini, dilaksanakan pada hari Sabtu, 25 Maret 2023.
“Mari dukung gerakan Earth Hour dengan mematikan lampu dan peralatan elektronik yang tidak terpakai demi masa depan bumi dan generasi selanjutnya.”pungkas Suryo Susilo. (*chy)